Pica Disorder adalah sebuah gangguan makan yang ditandai dengan kebiasaan mengonsumsi benda atau zat yang sebenarnya bukan makanan dan tidak memiliki nilai gizi, seperti tanah, sabun, kertas, kapur, es batu berlebihan, hingga logam. Kondisi ini bukan sekadar kebiasaan unik atau iseng, tetapi termasuk dalam gangguan perilaku makan yang dapat membahayakan kesehatan penderitanya.
Apa Itu Pica Disorder?
Pica merupakan kondisi ketika seseorang secara terus-menerus mengonsumsi benda non-makanan selama setidaknya 1 bulan, dan perilaku ini tidak sesuai dengan tahap perkembangan usianya. Misalnya, anak usia di atas dua tahun yang masih suka makan tanah, atau orang dewasa yang mengunyah sabun atau tisu.
Gangguan ini dapat muncul pada:
Anak-anak
Ibu hamil
Orang dengan autisme atau disabilitas intelektual
Orang dengan stres tinggi atau kondisi psikologis tertentu
Seseorang dengan kekurangan gizi, terutama zat besi atau mineral tertentu
Gejala Pica
Gejala utama Pica adalah keinginan kuat untuk memakan benda non-makanan. Namun jenis benda yang dikonsumsi dapat bervariasi, di antaranya:
Tanah atau tanah liat (geofagi)
Es batu (pagofagi)
Kertas
Kapur atau bedak
Sabun
Rambut
Kain atau kapas
Cat atau serpihan tembok
Logam atau koin
Pada beberapa kasus, penderita bahkan menyembunyikan kebiasaan ini karena malu atau takut disalahpahami.
Apa Penyebab Pica?
Hingga saat ini, penyebab pasti Pica belum diketahui. Namun beberapa faktor yang berperan antara lain:
1. Kekurangan Nutrisi
Banyak kasus Pica berkaitan dengan kekurangan zat besi atau zinc. Tubuh dapat memunculkan dorongan memakan benda tertentu ketika kekurangan mineral.
2. Faktor Psikologis
Stres, depresi, trauma, dan kecemasan dapat memicu perilaku kompulsif termasuk Pica.
3. Gangguan Perkembangan
Anak dengan autisme, ADHD, atau retardasi mental lebih rentan memiliki kebiasaan makan benda non-makanan.
4. Kebiasaan dan Lingkungan
Lingkungan yang tidak higienis atau kurang pengawasan dapat mendorong anak mencoba benda tidak wajar.
Dampak Berbahaya Pica Disorder
Pica bukanlah gangguan ringan. Jika tidak ditangani, dapat menyebabkan berbagai komplikasi, seperti:
Keracunan (misalnya dari cat yang mengandung timbal)
Infeksi parasit dari tanah atau kotoran
Tersedak atau sumbatan usus
Kerusakan gigi
Masalah pencernaan seperti perforasi usus
Gangguan elektrolit (terutama jika memakan es berlebihan)
Defisiensi gizi yang semakin parah
Risiko-risiko tersebut membuat pencegahan dan penanganan sangat penting.
Diagnosa
Pica biasanya didiagnosis melalui:
Wawancara medis dan psikologis
Pemeriksaan riwayat kebiasaan makan
Tes darah untuk mengecek anemia atau kekurangan mineral
Pemeriksaan pencernaan jika dicurigai ada benda asing
Dokter juga harus memastikan bahwa perilaku tersebut tidak berkaitan dengan budaya atau tradisi tertentu.
Cara Mengatasi Pica Disorder
Penanganan Pica tergantung pada penyebabnya. Beberapa langkah umum antara lain:
1. Mengatasi Kekurangan Nutrisi
Suplementasi zat besi, zinc, atau nutrisi lain sering kali membantu mengurangi dorongan mengonsumsi benda aneh.
2. Terapi Perilaku
Pendekatan seperti Behavioral Therapy dapat membantu mengubah kebiasaan dan mengidentifikasi pemicunya.
3. Konseling Psikologis
Terutama untuk kasus yang berkaitan dengan trauma, kecemasan, atau stres emosional.
4. Pengawasan Lingkungan
Pada anak-anak dan penyandang disabilitas, lingkungan harus disesuaikan agar benda berbahaya tidak mudah dijangkau.
5. Penanganan Medis Lanjutan
Jika terjadi penyumbatan atau keracunan, perlu tindakan medis segera.
Bisakah Pica Sembuh?
Ya, Pica dapat sembuh jika ditangani dengan tepat. Banyak penderita mengalami perbaikan signifikan setelah mendapatkan penanganan gizi dan terapi perilaku. Namun, pada kondisi tertentu seperti autisme, perilaku ini dapat berlangsung lebih lama dan perlu pengawasan jangka panjang.