Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menetapkan status Siaga 1 bagi seluruh wilayah Indonesia menyusul meningkatnya aktivitas fenomena La Niña yang diperkirakan akan berdampak pada intensitas hujan ekstrem di sejumlah daerah.
Fenomena La Niña kali ini ditandai dengan pendinginan suhu muka laut di wilayah Pasifik bagian tengah dan timur hingga mencapai kisaran –0,6 derajat Celsius. Kondisi ini memengaruhi sirkulasi atmosfer global dan menyebabkan udara lembap lebih banyak masuk ke wilayah Indonesia. Akibatnya, curah hujan di sebagian besar wilayah diprediksi akan meningkat signifikan mulai November 2025 hingga Maret 2026.
BMKG memprediksi curah hujan di atas normal akan terjadi di Pulau Jawa, Bali, dan sebagian wilayah Nusa Tenggara. Sementara itu, wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua juga berpotensi mengalami hujan lebat disertai angin kencang.
Kondisi ini meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan gelombang tinggi di sejumlah daerah. Selain itu, fenomena siklon tropis juga berpotensi terbentuk dan memperkuat dampak cuaca ekstrem di wilayah selatan Indonesia.
“Meski La Niña yang terjadi tergolong lemah, dampaknya tidak bisa dianggap sepele karena dapat memicu peningkatan curah hujan yang ekstrem,” ujar Kepala BMKG dalam konferensi pers di Jakarta.
Pemerintah daerah dan masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan serta menyiapkan langkah antisipatif menghadapi musim hujan tahun ini. BMKG merekomendasikan agar setiap daerah memperkuat sistem drainase, memantau kondisi sungai, dan menyiapkan posko siaga bencana.
Masyarakat di wilayah rawan longsor diminta waspada terhadap perubahan kondisi tanah dan kemiringan lereng, terutama saat hujan deras berkepanjangan. Sementara di daerah pesisir, warga diimbau untuk berhati-hati terhadap potensi gelombang tinggi dan angin kencang.
Petani juga disarankan menyesuaikan pola tanam agar tidak terjebak di tengah musim hujan yang lebih panjang dari biasanya. “Penyesuaian waktu tanam dan pemilihan varietas tahan genangan air menjadi langkah penting dalam menghadapi periode La Niña ini,” kata BMKG.
Pemerintah melalui berbagai lembaga terkait telah menyiapkan koordinasi lintas sektor untuk menghadapi kemungkinan terburuk. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) diinstruksikan untuk melakukan apel siaga dan memastikan peralatan darurat siap digunakan kapan saja.
Selain itu, BMKG menegaskan bahwa masyarakat perlu mengikuti informasi resmi terkait prakiraan cuaca dan peringatan dini agar dapat mengambil langkah cepat bila terjadi perubahan kondisi ekstrem.
Status Siaga 1 menjadi tanda bahwa Indonesia sedang menghadapi periode krusial. Fenomena La Niña kali ini perlu disikapi dengan kesiapsiagaan tinggi, terutama di wilayah dengan curah hujan di atas normal. Masyarakat diharapkan tidak panik, namun tetap waspada dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan bencana akibat cuaca ekstrem.