The International (TI) Dota 2 dulu dikenal sebagai turnamen esports dengan hadiah terbesar di dunia. Namun sejak 2022, jumlah hadiahnya terus menurun dan tidak lagi mencetak rekor seperti tahun-tahun sebelumnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Mari kita bahas faktor-faktor yang menyebabkan hal ini terjadi.
Perjalanan Hadiah TI dari Tahun ke Tahun
TI1 (2011): US$1,6 juta – Seluruhnya disediakan Valve.
TI3 (2013): US$2,8 juta – Mulai diperkenalkan sistem crowdfunding lewat Compendium.
TI4 (2014): US$10,9 juta – Crowdfunding sukses besar.
TI6 (2016): US$20,7 juta – Komunitas tambah semangat beli Battle Pass.
TI9 (2019): US$34,3 juta – Hampir menyentuh angka $35 juta.
TI10 (2021): US$40 juta – Rekor tertinggi sepanjang sejarah.
TI11 (2022): US$18,9 juta – Penurunan besar pertama.
TI12 (2023): US$3,3 juta – Terendah sejak era crowdfunding.
TI13 (2024): Sekitar US$3 juta – Tren turun berlanjut.
Dari grafik ini saja terlihat jelas: setelah puncak di TI10, hadiah TI mengalami penurunan drastis. Apa penyebabnya?
1. Perubahan Strategi Valve
Valve, sebagai pengembang Dota 2, memutuskan untuk mengubah pendekatan mereka. Mereka:
Menghentikan Battle Pass yang biasanya dirilis menjelang TI.
Mengganti dengan Compendium kecil yang minim hadiah kosmetik.
Fokus pada update gameplay besar seperti patch "New Frontiers", bukan konten eksklusif Battle Pass.
Tujuannya adalah membuat semua pemain bisa menikmati konten baru tanpa harus membeli Battle Pass. Tapi konsekuensinya, hadiah TI jadi ikut menurun karena tidak ada dorongan belanja dari komunitas.
2. Komunitas Kehilangan Minat
Sejak 2022, banyak pemain mengeluh bahwa konten Battle Pass dan Compendium terasa "kosong" atau tidak menarik. Mereka tidak merasa perlu membeli atau menaikkan level, karena tidak ada Arcana, Immortal Treasure, atau mini-game seru seperti dulu.
Tanpa insentif kuat, antusiasme untuk berkontribusi ke hadiah TI juga menurun.
3. Industri Esports Sedang Berubah
Banyak game esports lain, seperti League of Legends dan VALORANT, lebih fokus pada liga berkelanjutan daripada satu turnamen besar. Mereka menyebar dana hadiah ke banyak turnamen agar ekosistem kompetitif lebih stabil.
TI dengan hadiah raksasa dulunya unik, tapi sekarang mulai dianggap tidak realistis untuk terus dipertahankan.
4. Valve Tidak Lagi Bergantung pada Crowdfunding
Battle Pass dulu sukses besar karena komunitas Dota 2 ingin mendukung TI sekaligus mendapatkan kosmetik keren. Tapi sekarang, Valve mulai menjual item dan konten secara terpisah di luar event TI, dan 100% dari penjualan itu masuk ke mereka.
Dengan kata lain, Valve tidak perlu lagi membagi 25% dari pendapatan untuk hadiah turnamen. Ini tentu lebih menguntungkan bagi mereka secara bisnis.
5. Pemain Profesional Merasakan Dampaknya
Beberapa pemain mengeluhkan hadiah TI yang kecil meskipun mereka sudah mencapai posisi tinggi. Bahkan ada yang menyebut hadiah mereka di TI13 lebih kecil dari posisi 13-16 di TI sebelumnya.
Meski begitu, ada juga yang menganggap uang bukan segalanya – yang penting adalah gelar juara dan prestise membawa pulang Aegis.
6. Respons Komunitas
Komunitas Dota 2 memiliki reaksi beragam terhadap penurunan hadiah TI:
Kritik terhadap Compendium: Banyak pemain menyebut Compendium TI12 dan TI13 terlalu sederhana dan kurang menarik. Di Reddit, beberapa menyebutnya "produk separuh jadi" yang minim konten.
Kekecewaan terhadap Valve: Banyak yang merasa Valve tidak lagi mendengarkan komunitas dan hanya fokus pada keuntungan. Penghapusan Battle Pass dianggap keputusan bisnis yang mengorbankan hype TI.
Dukungan terhadap perubahan positif: Sebagian komunitas mendukung arah baru Valve karena update besar seperti "New Frontiers" memang meningkatkan kualitas permainan secara keseluruhan. Mereka lebih memilih konten gratis yang bisa diakses semua pemain ketimbang kosmetik berbayar.
Diskusi tentang masa depan TI: Banyak fans masih berharap Valve bisa menemukan sistem baru yang mendukung prize pool tanpa harus kembali ke Battle Pass lama.
Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
TI mungkin tidak lagi jadi turnamen dengan hadiah terbesar, tapi masih punya nama besar dan gengsi tinggi. Komunitas berharap Valve bisa menemukan keseimbangan baru: tetap menghadirkan hype tanpa harus mengorbankan kualitas konten atau kesehatan ekosistem kompetitif.
Yang pasti, Dota 2 masih hidup dan terus berkembang. Hadiah besar mungkin sudah lewat, tapi sejarah dan komunitasnya tetap kuat.
Penurunan hadiah TI bukan karena Dota 2 mati, tapi karena Valve memilih arah baru. Mereka ingin memfokuskan pengembangan ke arah yang lebih stabil dan jangka panjang, meski harus mengorbankan kemegahan hadiah turnamen. Komunitas mungkin belum sepenuhnya puas, tapi perubahan ini bisa jadi langkah awal menuju masa depan yang lebih sehat untuk Dota 2.
Sumber: