
Jual Saham Besar-Besaran - CEO Nvidia Jensen Huang Bikin Cemas Investor
Jensen Huang Jual Saham Nvidia, Investor Bertanya-tanya
Penjualan saham Nvidia oleh Huang memicu kekhawatiran di kalangan investor. Huang dilaporkan menjual sekitar US$ 14 juta saham hampir setiap hari, padahal harga saham Nvidia baru saja mengalami lonjakan signifikan.
Melansir The Economic Times, lima tahun lalu, kekayaan bersih Huang tercatat sebesar US$ 3,73 miliar, sedangkan kini telah meningkat menjadi lebih dari US$ 92 miliar, meskipun sempat mencapai puncaknya di US$ 119 miliar awal musim panas ini.
Penjualan saham ini dilakukan melalui rencana perdagangan 10b5-1, sebuah skema perdagangan yang dirancang untuk menghindari perdagangan orang dalam. Meskipun legal, banyak investor tetap bertanya-tanya alasan di balik aksi jual ini. Apakah ini pertanda harga saham Nvidia sudah mencapai puncaknya?
Pakar tata kelola perusahaan, Nell Minow, menilai bahwa tindakan Huang dapat memberikan sinyal negatif kepada investor.
"Ini bisa membuat investor bertanya-tanya apakah mereka juga sebaiknya menjual saham mereka. Jika eksekutif tidak memiliki kepercayaan pada saham, mengapa investor harus memilikinya?" - Nell Minow.
Tahun lalu, Huang telah menjual saham senilai US$ 117 juta, tetapi jumlahnya melonjak tajam tahun ini, mencapai US$ 323 juta hanya dalam bulan Juli. Beberapa analis khawatir bahwa penjualan yang terus berlanjut setelah kenaikan harga saham dapat menurunkan kepercayaan pemegang saham.
Namun, James Reda, Direktur Pelaksana di Gallagher’s HR, berpendapat bahwa selama penjualan dilakukan dalam skema 10b5-1 yang transparan, dampaknya terhadap pasar bisa dikendalikan.
Huang sendiri memiliki lebih dari 93 juta saham Nvidia, setara dengan 3,79% kepemilikan perusahaan sebelum mulai menjual sahamnya. Pakar menyarankan agar Nvidia menerapkan kebijakan "borgol emas", yakni pembatasan penjualan saham eksekutif dalam beberapa tahun setelah mereka meninggalkan perusahaan.
Selain itu, Minow juga menyoroti kurangnya transparansi dalam tata kelola Nvidia. Dari 12 anggota dewan direksi, hanya satu orang yang memiliki keahlian dalam tata kelola perusahaan. Ditambah lagi, Nvidia belum memiliki rencana suksesi CEO yang jelas, yang dapat menimbulkan ketidakpastian bagi investor.
Baca juga : Fenomena Penggunaan Artificial Intelligence: Curhat dan Role Play di Era Digital
Bertemu Trump di Tengah Ancaman Tarif & Persaingan AI
Di saat yang sama, Nvidia menghadapi ancaman besar di industri semikonduktor. Jensen Huang baru saja bertemu dengan Presiden AS Donald Trump pada Jumat (31/1) untuk membahas kebijakan impor chip komputer yang dapat berdampak besar pada bisnis Nvidia.
Trump sebelumnya menyatakan akan mengenakan tarif pada impor chip komputer ke Amerika Serikat, yang menjadi pukulan bagi Nvidia, karena perusahaan ini sangat bergantung pada komponen impor, terutama dari Taiwan.
"Tadi pertemuan yang bagus, tapi pada akhirnya kami akan tetap mengenakan tarif pada chip," ujar Trump setelah pertemuan tersebut.
Selain tarif impor, pembatasan ekspor chip kelas atas Nvidia ke China juga menjadi ancaman serius. Hal ini dilakukan sebagai upaya Washington memperlambat kemajuan teknologi China di bidang kecerdasan buatan (AI).
Ancaman ini semakin nyata setelah perusahaan AI asal China, DeepSeek, berhasil mengembangkan model AI terbaru tanpa menggunakan chip H100 dari Nvidia yang terkena blokir ekspor AS. Keberhasilan DeepSeek ini langsung mengguncang pasar, menyebabkan harga saham Nvidia anjlok dan menghapus hampir US$ 600 miliar dalam market value dalam satu hari – sebuah rekor kerugian terbesar dalam sejarah Wall Street.
"Kami menghargai kesempatan untuk bertemu dengan Presiden Trump dan membahas semikonduktor serta kebijakan AI," kata juru bicara Nvidia.
Meskipun Huang adalah sosok penting dalam industri teknologi AS, ia tidak hadir dalam pelantikan Trump pada 20 Januari 2025. Sementara itu, tokoh-tokoh seperti Mark Zuckerberg, Jeff Bezos, dan Elon Musk, yang dikenal sebagai penasihat dekat dan donor utama Trump, mendapat tempat utama dalam upacara tersebut.
Baca juga : Meningkatkan Efisiensi Bisnis dengan Chatbot AI
Nvidia dalam Ketidakpastian
Dua peristiwa besar ini—penjualan saham besar-besaran oleh Jensen Huang dan pertemuannya dengan Trump di tengah ketidakpastian bisnis AI—membuat banyak investor cemas.
Apakah harga saham Nvidia sudah mencapai puncaknya?
Akankah tarif impor dan pembatasan ekspor chip ke China menghambat dominasi Nvidia di industri AI?
Bagaimana masa depan kepemimpinan Nvidia tanpa rencana suksesi yang jelas?
Dengan banyaknya pertanyaan yang belum terjawab, investor kini tengah mengamati langkah Nvidia selanjutnya dengan penuh kewaspadaan. Apakah ini hanya fase normal dalam industri teknologi, atau justru awal dari perubahan besar bagi Nvidia?