Obesitas anak sudah menjadi masalah serius di Indonesia. Angka kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak terus meningkat. Pemerintah kini mempertimbangkan kebijakan pajak gula atau cukai minuman berpemanis sebagai intervensi fiskal untuk mengurangi konsumsi gula dan menekan obesitas. Berikut ulasan lengkap mengenai situasi, penyebab, risiko, serta rencana kebijakan yang sedang dibahas.
Fakta Obesitas Anak di Indonesia
Dari data Survei Sosial Ekonomi dan Geografi Indonesia (SSGI) 2022, di usia 5-12 tahun, 10,8% anak tergolong “gemuk” dan 9,2% mengalami obesitas. Jadi total hampir 1 dari 5 anak usia tersebut memiliki kelebihan berat badan atau obesitas.
Untuk usia 13-15 tahun, persentasenya lebih tinggi; dan pada 16-18 tahun juga masih signifikan.
Kenaikan ini menggambarkan bahwa dalam empat dekade terakhir (sejak tahun 1970-an), obesitas anak meningkat hampir 10 kali lipat.
Penyebab & Bahaya
Penyebab
Konsumsi gula berlebih, makanan siap saji, minuman berpemanis dalam kemasan.
Kurang aktivitas fisik, terutama di anak usia sekolah. Banyak waktu dihabiskan di dalam ruangan, duduk, bermain gadget, atau menonton TV.
Faktor genetik dan interaksi dengan lingkungan: kebiasaan makan, pola hidup keluarga.
Pandangan sosial bahwa “anak gemuk = sehat” juga berkontribusi memperkuat kebiasaan konsumsi berlebihan.
Bahaya Jangka Panjang
Penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, hipertensi, stroke.
Risiko psikologis: kepercayaan diri rendah, stigma sosial, isolasi.
Biaya perawatan kesehatan meningkat, baik untuk keluarga maupun negara.
Upaya Pemerintah
Beberapa kebijakan dan program telah berjalan:
Inpres No. 1 Tahun 2017 tentang Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat): mendorong pola hidup sehat, aktivitas fisik, konsumsi buah & sayur.
Program “Isi Piringku”: edukasi pola makan seimbang, dengan porsi buah-sayur, karbohidrat, protein, dan membatasi gula, garam, lemak.
Regulasi kandungan gula, garam, lemak (GGL) dalam produk pangan olahan dan makanan siap saji.
Wacana Pajak Gula / Cukai Minuman Berpemanis
Untuk memperkuat upaya pengendalian obesitas, pemerintah sedang mempertimbangkan beberapa instrumen fiskal:
Sugar Tax / Cukai Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK): mengenakan pajak atau cukai terhadap minuman yang mengandung gula tambahan dalam kemasan. Tujuannya mempengaruhi harga agar konsumsi menurun.
Penambahan pajak atas makanan siap saji atau makanan olahan yang mengandung GGL melebihi ambang batas.
Pemerintah juga menyebut bahwa pajak gula ini masih dalam pembahasan, belum final dilaksanakan.
Pro dan Kontra Kebijakan
Keuntungan
Mengurangi konsumsi gula dan minuman manis, sehingga obesitas bisa ditekan.
Menekan angka PTM (penyakit tidak menular), mengurangi beban kesehatan negara dan masyarakat.
Menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah mengambil langkah nyata terhadap krisis kesehatan masyarakat.
Tantangan
Dukungan antar lembaga: Perlu koordinasi antara Kementerian Kesehatan, Keuangan, dan lainnya agar regulasi efektif.
Potensi dampak terhadap industri makanan dan minuman, UKM, juga petani gula jika kebijakan tidak disusun secara adil.
Resistensi publik: harga barang bisa naik, konsumen mungkin menolak, terutama yang sudah terbiasa konsumsi gula/minuman manis.
Penegakan regulasi dan monitoring: menentukan berapa ambang batas gula, bagaimana pengukuran, pelabelan, dan pengawasan.
Target & Harapan
Pemerintah menargetkan menurunkan angka obesitas hingga menjadi sekitar 3% pada tahun 2030.
Diharapkan regulasi pajak gula atau cukai minuman bermanisan bisa menjadi bagian dari kebijakan publik dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya target kesehatan.
Kesimpulan
Obesitas anak adalah darurat kesehatan yang butuh perhatian serius. Pemerintah Indonesia sudah mulai bertindak melalui program edukasi, regulasi GGL, dan wacana pengenaan pajak atau cukai gula/minuman berpemanis. Agar kebijakan pajak gula efektif, perlu:
Penetapan ambang batas gula yang jelas.
Regulasi pelabelan agar konsumen bisa mengetahui kandungan gula.
Perlindungan bagi industri lokal agar transisi tidak merugikan.
Edukasi masyarakat, terutama orang tua dan sekolah, agar pola makan dan gaya hidup sehat jadi kebiasaan.